"THOLABUL ILMI"

Membangun Kemuliaan Islam Walmuslimin dengan tholabul Ilmi
Oleh : Abu Salma bin Rosyid
Kaum muslimin rahimakumullahu jamian, Marilah kita bersyukur kepada Allah ta’ala atas limpahan rahmat-Nya dan nikmat-Nya kepada kita semua, terutama ni’mat Islam dan ni’mat Iman. Karena betapa banyaknya di dunia ini Manusia maupun Jinnya yang tidak dapat menerima kebenaran Islam sebagai agama. Sungguh kita menyaksikan di sekitar kita manusia-manusia yang mengabaikan terhadap syari’at mulia ini. Maka sudah sepatutnya berulang-ulang kita mensyukuri ni’mat yang agung ini.
Tentang kebesaran ni’mat Islam ini Allah ta’ala telah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.
Para ulama menjelaskan bahwa menjadi seorang Muslim adalah nikmat terbesar dan nikmat selainnya adalah nikmat yang tidak dapat menyamai sama sekali.
Maka Sungguh celaka ! siapa saja yang dikehendaki oleh Allah ta’ala menjadi orang yang kafir mendustakan agama ini. Sebagaimana Allah ta’ala mengancam terhadap orang-orang yang menolak Islam ini dengan ancaman neraka jahanam kekal di dalamnya
Dalam banyak ayat Allah ta’ala berfirman, di antaranya dalam Surat Al-Bayyinah ayat 6
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Itu adalah seburuk-buruk tempat kembali, mudah-mudahan Allah ta’ala menghindarkan kita dari menolak kebenaran dan mengokohkan kita sebagai orang Muslim sampai ajal menjemput kita.
Maka dari itu kaum muslimin kami mengingatkan kepada kita semua sebuah firman Allah ta’ala
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Para pembaca barokallahufikum
Setelah kita memikirkan,mengingat-ingat dan menyadari terhadap kenikmatan ke Islaman kita, perlu kiranya kita semua untuk menilai dan bertanya terhadap diri kita masing-masing. Sudahkah kita ini dengan sungguh-sungguh mensyukuri nikmat yang agung ini, atau bahkan sebaliknya kita termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan kenikmatan Islam ini ?
Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 18
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ يَا اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Betapa celakanya kita ini, apabila telah menjadi seorang Muslim namun tidak mau beribadah kepada Allah ta’ala . Apa artinya menjadi seorang muslim akan tetapi tidak mau beribadah kepada Allah ta’ala dengan mentauhidkannya.
Sunnguh celaka kita ketika telah menerima Islam akan tetapi senantiasa berbuat Musyrik menyembah, memohon doa dan pertolongan kepada selain Allah ta’ala seperti Dukun, Jin, Gunung, Bumi dan sesembahan-sesembahan selain Allah ta’ala.
Allah ta’ala mengancam keras terhadap orang-orang Musyrik, diantaranya ancaman Allah ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 72
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.
Sungguh…. kita harus dengan sungguh-sungguh berupaya mentauhidkan Allah ta’ala, menyerahkan peribadahan ini hanya untuk Allah ta’ala dan berupaya dengan sungguh-sungguh menghidari kesyirikan dalam segala bentuknya.
Maka sudah sepantasnya kita semua senantiasa memohon kepada Allah ta’ala dikokohkan dalam agamanya dan mengikhlaskan ibadah ini hanya untuk Allah ta’ala semata.
Selanjutnya kaum muslimin setelah kita menyadari tentang besarnya nikmat Islam serta pentingnya tauhid dan bahayanya syirik perlu juga senantiasa kita waspadai terhadap sesuatu yang membahayakan amalan kita, yaitu kebid’ahan yaitu beribadah kepada Allah ta’ala tanpa bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sunguh suatu kemalangan dan kecelakaan apabila kita yang telah dapat menerima Islam sebagai agama namun kita tidak mempu mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan menolak bahwa beribadah ini harus mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah oleh kita semua bahwasannya Allah ta’ala telah memberi contoh kepada kita cara kita beribadah kepada_Nya. Contoh itu adalah Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana Allah ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الاخر
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
Maka sudah semestinya kita semua berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan sebenar-benarnya. Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mengharuskan beberapa sikap :
1. Menerima terhadap apa yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bawa berupa petunjuk dan agama yang benar
2. Membenarkan apa yang beliaع shallallahu ‘alaihi wasallam kabarkan
3. Menjalankan apa yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam perintahkan
4. menjauhkan diri dari apa yang beliau larang dan beliau cerca
5. Berhukum kepada syariat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan ridha terhadap hukum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sungguh celaka jika kita telah menjadi orang muslim, dan beribadah ikhlas kepada Allah ta’ala semata akan tetapi amalan-amalan kita adalah kebid’ahan. Sholat kita dengan cara bid’ah, Puasa kita dengan cara bid’ah, hari raya kita bid’ah, zakat kita bid’ah, dan amalan-amalan kita semua tercشmpuri dengan kebid’ahan-kebid’ahan.
Perlu kiranya kita mengingat kembali hadits yang mulia, sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam.
عن ام المؤمنين ام عبد الله عا ءشة رضي الله عنها قلت قل رسو ل الله صلى الله عليه وسلم : من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو رد (رواه البخاري) وفي رواية المسلم : من عمل عملا ليس عليه امرن وهو رد
Dari ummul mu’minin aisyah semoga Allah ta’ala meridhoinya dia berkata. Rasulullah shallahu ‘alai wasallam bersabda Siapa yang mengadakan (sesuatu yang baru) dalam urusan (syariat / dien) ini yang bukan dari padanya maka dia tertolak (HR. Bukhari) Dan dalam riwayat Muslim : Barang siapa yang mengerjakan satu amalan yang tidak ada perintah dari kami, maka dia (amalan) itu tertolak.
Kaum muslimin hadits tadi mengingatkan kita agar senantiasa beribadah dengan cara mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya tidak mungkin kita akan mengenal dan mencontoh bagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam beribadah tanpa belajar terhadap ilmu agama yang mulia ini, maka dalam kesempatan ini marilah kita semuanya senantiasa menghadiri majlis-majlis ta’lim juga berupaya mengadakan majlis-majlis ilmu agama sehingga dengan semua itu memungkinkan kita semua mendapat ilmu agama sebagai bekal kita beribadah kepada Allah ta’ala.
Terhadap pentingnya ilmu agama ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Memberitakan kepada kita bahwa kebaikan seseorang itu diantaranya dapat diketahui dengan pemahaman ilmu agama yang dimilikinya.
ومن يرد الله به خيرا يفقه في الدين
Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah ta’ala maka Allah ta’ala fahamkan dia terhadap ilmu agama.
Para pembaca semoga Allah ta’ala merahmati kita, maka sudah menjadi kemestian agar kita mampu beribadah dengan ikhlas dan mencocoki ajaran shallallahu ‘alaihi wasallam yang dengan itu kita menghadap pahala Allah ta’ala, tidak lain dan tidak bukan kita semua harus menuntut ilmu agama, jangan sampai waktu kita habis terbuang percuma mengamalkan hal yang sia-sia, sehingga ancaman kemusyrikan dan kebid’ahan senantiasa mengintai di belakang kita, mudah-mudahan Allah ta’ala kokohkan kita dalam agama-Nya.
Selanjutnya tentang keutamaan ilmu Syaikh Utsaimin menjelaskan dalam Kitabul ‘Ilmi fi fashl fadhoilul ‘ilmi, Beliau berkata :
Sungguh Allah ta’ala memuji terhadap ilmu dan pemiliknya, dan menganjurkan beribadah kepada-Nya di atas ‘ilmu dan menganjurkan kepada kaum muslimin untuk berbekal dengan ilmu. Karena ilmu termasuk amalan sholih yang paling mulia dan ilmu sebesar-besar pembersih ibadah, ilmu merupakan ibadah tathawu’, sesungguhnya ilmu merupakan bagian dari jihad fi sabilillah karena Din Allah ta’ala akan tegak hanyalah dengan dua perkara : 1). Al Ilmu dan Penjelasan, 2) Perang dan Persenjataan.
Harus dengan dua perkara ini, dan tidak akan kokoh berdiri Agama Allah ta’ala dan tampak kecuali dengan dua perkara trsebut secara bersama-sama. Dan yang pertama dari keduanya mendahului terhadap keduanya hal ini dikarenakan tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merubah (memerangi) suatu kaum setelah menyampaikan kepada mereka untuk beribadah kepada Allah ta’ala, maka jadilah ilmu mendahului peperangan. (sampai disini kami nukilkan)
Jelaslah ilmu sangat penting buat kita pribadi dan buat Islam itu sendiri.
Tentunya kita mengharap suatu saat nanti Islam ini akan nampak di seluruh belahan bumi. Kita berharap suatu saat nanti Hukum Islam ini akan berfungsi kembali. Maka untuk itu di butuhkan Ahli Ilmu yang dapat menerapkan ilmunya itu dengan jujur dan bersih.
Bagaimana mungkin Hukum Islam ini akan tegak sementara belum ada yang bisa menegakkannya bagi dirinya sendiri (kecuali sangat sedikit yang dirahmati oleh Allah ta’ala).
Maka jelaslah kita membutuhkan para Ulama untuk menjadi hakim, penerang bagi seluruh kaum muslimin. Pastilah sekarang bahwa Kedudukan Ilmu dan Ahli Ilmu adalah sangat tinggi. Oleh karena itulah Allah ta’ala bertanya kepada kita melalui firman-Nya :
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dengan demikian betapa kecilnya kita ? Bukankah kita ini masih bodoh ? Hukum apa yang telah kita ketahui dari Islam ini ? Maka untuk menyelamatkan diri kita sebelum menyelamatkan orang lain juga menyelamatkan Islam harus dan harus kita berilmu, tidak akan mungkin kita beribadah tanpa ilmu. Maka marilah kita menuntut ilmu.
Perlu kita bertanya untuk kita semua ? Pantaskan Islam ini tegak pada saat kaum Muslimin berbondong-bondong menyekolahkan anaknya menuntut Ilmu Hukum barat ? Pantaskah Allah ta’ala menolong kaum Muslimin yang bangga menyandang gelar Sarjana Hukum Barat ?
Sekali lagi marilah kita meyumbangkan untuk diri kita dan kaum muslimin juga Islam dengan menuntut Ilmu Agama. Dengan itu kita berharap muncul generasi Islam yang mengenal dan menguasai terhadap Agamanya, kita berharap Allah ta’ala menolong dan memberi Izzah bagi Islam wal muslimin.
Kepada Siapa Menuntut Ilmu
Ini sebuah pertanyaan yang mesti di jawab, jangan sampai kita menuntut ilmu agama ini kepada orang yang salah, bisa jadi kita tidak menganal islam bahkan bisa jadi kita membenci islam.
Dalam keremangan Islam ini, di saat Islam bercorak warna sangat sulit bagi kaum muslimin untuk mengenal siapa yang pantas di ambil ilmunya, Alhamdulillah Allah ta’ala tidak pernah membiarkan hamabanya kebingungan, Allah ta’ala membimbing hamba-hambanya dengan melahirkan para ulama. Allah ta’ala terangi kaum muslimin dengan mengutus pata ulama dan kepada merekalah kita bertanya.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى كَذَلِكَ
“Akan senantiasa ada (tidak akan hilang) di antara ummatku sekelompok orang yang eksis di atas kebenaran (al-jama’ah/thoifah al-manshuroh), tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sehingga datang ketetapan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian.“ (HR. Muslim)
Para ulama menjelaskan bahwa kelompok yang selamat itu adalah ahli hadits, Berkata Musa bin Harun rohimahulloh :Aku telah mendengar Ahmad bin Hambal rohimahulloh ketika ditanya tentang hadits yang berbunyi “Umat akan berpecah menjadi 73 golongan, semua masuk neraka kecuali satu golongan”. Beliau mengatakan: “Jika yang dimaksud bukan thoifah al-manshuroh yakni – ahli hadits – maka aku tidak tahu lagi siapa mereka ini”. (diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam Ma’rifah ulumul hadits)
Demikianlah Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa ada kelompok yang senantiasa memperjuangkan kebenaran yaitu ahli hadits. Oleh karena itu kita dapat mengenal mereka dari ilmu yang mereka ajarkan di antaranya adalah hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya.
Sehingga terjawablah sudah pertanyaan di atas yaitu “Kita harus mengambil Ilmu dari para Ulama / Thullab yang mengajarkan Al-Qur’an, Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan hadits-hadits sahabat-sahabatnya.
Kenapa harus di tambahi dengan ucapan sahabat ? Ya karena Allah ta’ala menjamin terhadap mereka.
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Demikianlah Allah ta’ala menjamin dan memuji terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka sepatutnyalah kita mengikuti orang-orang (ulama dan Thullabul Ilmi) yang mengajak kepada pemahaman para sahabat ridhwanullahu ‘alaihim ajma’in)
Jelaslah sekarang terlarangnya kita mengambil ilmu pada da’I yang hanya mengajarkan al-qur’an dan hadits saja apalagi hanya al-qur’an yang dipahami dengan akalnya belaka. Semoga Allah ta’ala melindungi kita dari kesesatan-kesesatan.
Dan semoga Allah ta’ala mudahkan kita mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. Karena tidaklah ilmu itu bermanfaat bagi pembawanya kecuali ilmu itu diamalkan. Semoga Allah ta’ala mudahkan kaum muslimin untuk menuntut ilmu agama yang benar yang telah di amalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar